top of page
Search
  • Writer's pictureAnggie Eka putri

Yayoi Kusama Menghadapi Trauma Masa Kecilnya Dengan Karya Seni


Di balik kesuksesan setiap orang pasti ada sesuatu yang menjadi pemicunya. Atau bisa saja ada kisah yang kelam yang menjadi background dari kesuksesan seseorang. Contohnya seperti Yayoi Kusama yang memiliki masa kecil yang kelam. Yayoi lahir di keluarga yang tidak normal. Ayahnya adalah seseorang yang suka mengeksploitasi wanita dengan seks dan ibunya memperlakukan dirinya dengan kasar dan sering menyuruh ia untuk memata-matai ayahnya. Oleh karena itu ia sangat merasa trauma dan jijik, sehingga ia membuat karya-karya yang vulgar seperti membuat karya berbentuk alat kelamin laki-laki atau membuat karya seni dengan model telanjang.


Pada saat kecil, ia juga mempunyai halusinasi yaitu saat ia melihat hamparan bunga di taman, ia merasa bunga-bunga itu berbicara kepadanya seperti titik-titik dan membuatnya takut. Dari ketakutan tersebut, ia saat menciptakan karya seni yang berdominan polkadot lalu dijuluki dengan “Princess of Polkadots”.

Tidak cuma itu, pada saat remaja Yayoi juga hidup di zaman perang dunia II. Saat itu ia bekerja untuk angkatan tentara Jepang untuk menjahit parasut-parasut mereka. Ia terbiasa mendengar suara-suara sirene serangan perang. Bisa kamu bayangkan kalau keadaan perang seperti itu menimpa kita saat ini guys? Pasti akan menimbulkan traumatik tersendiri bagi banyak orang. Namun Yayoi Kusama selalu mampu memvisualkan kejadian traumatiknya dengan menciptakan karya untuk menentang kekerasan perang dengan judul Accumulation of the Corpses (Prisoner Surrounded by the Curtain of Depersonalization) dan Earth of Accumulation pada tahun 1950 yang dikoleksi oleh National Museum of Modern Art, Tokyo.


Yayoi Kusama lahir pada tahun 1929 di Matsumoto, Jepang. Walau terlahir di keluarga yang tidak normal seperti selayaknya anak seumurannya, ia tidak menyerah begitu saja. Semua ketakutan dan trauma yang ia alami dituangkan ke dalam segudang karya seni yang kini dikenal oleh seluruh dunia. Pada saat muda bakatnya sudah terlihat, ia suka menggambar dan membuat lukisan. Pada tahun 1948 Yayoi mengikuti sekolah formal di Traditional Japanese Painting di Kyoto. Tahun 1958 ia memutuskan untuk pindah ke New York dan semakin mengekplorasi karya-karya seninya. Yayoi membuat beberapa jenis karya seni seperti lukisan, patung, performing art, berbagai macam instalasi seni yang tentunya tetap menggunakan motif polkadot (pop art dan minimalism). Pada tahun 1960an di New York, Yayoi menggelar performing arts sebagai respon dari perang Vietnam. Yayoi berkolaborasi dengan model-model body painting yang tidak mengenakan pakaian sama sekali. Karya-karya Yayoi mendapat respon dari beberapa seniman dunia seperti Donald Judd, Andy Warhol dan Claes Odenburg.


Pada tahun 1973, Yayoi memutuskan untuk kembali ke Jepang dan memutuskan sendiri untuk menjalani pengobatan gangguan mental yang dideritanya. Tidak hanya berdiam diri, ia juga tetap berkarya pada saat menjalani pengobatan tersebut. Ia membuat karya sastra berupa puisi dan fiksi The Hustlers Grotto of Christopher Street (1984) dan Between Heaven and Earth (1988).

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak karya yang ia buat hingga saat ini. Setiap tahunnya Yayoi banyak mengadakan pameran di berbagai Negara di dunia hingga tidak terhitung berapa banyak jumlah karya yang sudah ia buat sampai saat ini. Indonesia berkesempatan untuk turut memamerkan karya-karya masterpiece nya di Museum Macan, Jakarta. Pameran yang bertajuk ‘Life is The Heart of a Rainbow’ berhasil menyita perhatian banyak orang. Bahkan banyak artis yang datang untuk melihat pameran itu. Karena karya-karya yang dipamerkan juga sangat terlihat instagramable. Beberapa karya yang ada di Museum Macan Jakarta, Indonesia yaitu Great Gigantic Pumpkin, Narcissus Garden, Love Forever, My Eternal Soul, Flower that Bloom at Midnight, Dots Obsession, Infinity Mirror dan lain- lain. Pameran ‘Life is The Heart of a Rainbow’ berlangsung pada 12 Mei – 9 September 2018.


So guys, kekelaman masa lalu bukan berarti penghalang untuk menjalani hidup kita di masa mendatang. Ambillah hikmah dan pelajaran di balik itu semua yang hidup kamu juga dapat bermanfaat.

1 view0 comments
bottom of page